Sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan, kemampuan mengelola risiko bencana dan ketahanan terhadap perubahan iklim menjadi began integral dari komitmen keberlanjutan tersebut. Dalam konteks Indonesia yang rentan terhadap bencana, penerapan ESG yang efektif tidak dapat dilepaskan dari kesiapan sistem pembiayaan risiko yang terencana dan tangguh. Di sinilah Disaster Risk Financing and Insurance (DRFI) memainkan peran penting sebagai kelanjutan praktis dari prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), melalui pengembangan instrumen proteksi risiko yang tidak hanya memperkuat respons fiskal negara, tetapi juga menciptakan mekanisme perlindungan yang inklusif dan berbasis data.Indonesia Re telah menyusun kajian bersama ‘Kajian Pengembangan Skema dan Instrumen Risiko Pembiayaan Bencana’ antara Kementerian Keuangan, Institut Teknologi Bandung, dan Maipark. Kajian tersebut telah menghasilkan desain instrumen dan skema pembiayaan risiko bencana di Indonesia. Desain instrumen adalah asuransi parametrik gempa dan banjir yang akan dilaksanakan dengan skema konsorsium.
Melihat keterkaitan erat antara ESG dan DRFI, Indonesia Re memandang penting untuk menghadirkan ruang dialog strategis guna mencapai SDGs, khususnya dalam konteks risiko iklim, perlindungan masyarakat rentan, dan pembangunan berkelanjutan maka, Indonesia Re melalui Indonesia Re Institute bersama Client Market & Treaty Division, akan mengorkestrasi kegiatan Indonesia Re's Dialogue 2025 ‘Advancing Sustainable Development and Climate Resilience through Parametric Disaster Insurance: A Pathway to Responsive, Reliable, and Responsible Risk Financing’, yang akan diselenggarakan pada tanggal 12 Juni 2025.
Kegiatan seminar ini diharapkan menjadi penggerak kolaborasi lintas pemangku kepentingan, yang dapat memperkuat sinergi lintas sektor, sekaligus memperkuat posisi industri asuransi sebagai bagian dari solusi menghadapi tantangan perubahan iklim dan risiko bencana di masa depan.